Latar Belakang Teori
dan Tujuan Penelitian
Batik adalah pola rancangan yang tersusun garis-garis yang alami untuk
mendapatkan hasil yang indah. Pola batik yng tidak teratur tetapi yang bersifat
alami biasa digunakan pada kain. Sedangkan pola batik untuk masinng-masing
daerah memiliki ciri dan corak yang berbeda. Contohnya pola batik Solo,
Pekalongan, Semarang, Cirebon, Kudus dan sebagainya. Sedangkan metode fraktal merupakan
cara alami untuk mempresentasikan bentuk-bentuk objek di alam. Metode fraktal
telah banyak digunakan untuk penelitian dalam mendeteksi beberapa ciri.
Konsep
fraktal-jejaknya bisa dirunut hingga Gottfried Wilhelm Leibniz, matematikawan
Jerman abad ke-17-berakar pada teori matematika. Fraktal berasal dari kata
Latin, fractus, yang berarti pecahan. Pada benda, karakteristik fraktal
dicirikan oleh adanya self-similarity. Obyek fraktal tersusun dari komponen
lebih kecil yang bentuknya sama dan diulang-ulang.
Kode fraktal
didasari pada karakteristik utama dari fraktal, yaitu memiliki kemiripan dengan
diri sendiri. Pengkodean fraktal tidak cocok untuk digunakan citra dengan
tingkat kemiripan dirinya sendiri rendah. Citra alami umumnya hampir tidak memiliki
tingkat kemiripan dengan diri sendiri secara keseluruhan. Tetapi citra alami
memiliki tingkat kemiripan diri sendiri yang bersifat lokal, yaitu
bagian-bagian citra yang mirip dengan bagianbagian lainnya. Sehingga langkah
penting yang harus dilakukan adalah menemukan kemiripan lokal.
Tujuan penelitian ini adalah dengan pemilihan pendekatan fraktal dapat
dilakukan pemisahan ciri pada pola batik didasari pada pertimbangan bahwa
struktur garisgaris pada pola batik bersifat alami dan tidak teratur.
Metode
* Subjek : 200
motif batik dari berbagai daerah di Indonesia (mahasiswa ITB)
* Prosedur
penelitian
Metode Pengumpulan
Data
Dalam penelitian ini menggunakan metode fraktal yaitu sebuah
cara mengembangkan desain dengan bantuan piranti lunak yang digunakan untuk
memperkaya motif dari corak-corak batik yang sudah ada. Metode ini dilakukan terhadap batik-batik
dari berbagai daerah di Indonesia yang akan di uji, sehingga dalam penelitian
ini dapat dicapai tujuan yaitu untuk membedakan/memisahkan ciri pada pola batik
dan motif batik agar tidak dihadapkan kembali dengan maraknya pemalsuan motif
batik. Pengumpulan
data pada penelitian tersebut yaitu didatangkannya batik-batik dari berbagai
daerah di Indonesia yang akan di analisa pola batik tersebut.
Metode Analisis Data
Analisis data
penelitian dilakukan melalui 4
tahap:
Partitioned
Iterated Function System (PIFS)
PIFS dapat
digunakan untuk pengkodean sembarang citra, dan tidak hanya terbatas untuk
citra fraktal saja. Konsep PIFS adalah membagi (partisi) citra menjadi
blok-blok jelajah (range blocks) yang
tidak tumpang tindih.
Transformasi
Affine
Operator
yang memegang peranan penting dalam mencari kemiripan lokal antara blok ranah dengan
blok jelajah adalah operator transformasi affine (W).
Transformasi affine akan
memetakan suatu variabel, seperti nilai intensitas suatu piksel pada lokasi (x,y) kedalam variabel baru (x,y) dengan menerapkan kombinasi linier
pergeseran, pemutaran, penskalaan, dan pencondongan, digunakan untuk pergeseran.
Penentuan
operator WR
Operator WR merupakan operator alihragam affine untuk memetakan posisi titik
pada blok ranah ke blok jelajah, dan bagian intensitas yang akan mengubah
intensitas piksel pada posisi titik tersebut.
Pemisahan
Ciri
Ada beberapa
ciri yang dapat dihasilkan dengan memanfaatkan pengkodean fraktal, diantaranya
ciri simetri, kontras, kekasaran, keseragaman dan arah dan dimensi spasial
[Putra, 2004].
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil penelitian
200 motif batik dari berbagai daerah di Indonesia (mahasiswa ITB). Fokusnya
pada isen, yakni motif kecil-kecil pada batik yang mengisi bentuk lebih besar. Ternyata
batik memang fraktal. Pengujian dengan metode Transformasi Fourier menunjukkan dimensi
motif batik adalah bilangan pecahan sesuai dengan karakter fraktal. Pada
motif-motif batik dari Solo dan Yogyakarta, dimensinya konsisten pada angka
1,5. Batik pesisir, seperti Cirebon dan Pekalongan, dimensinya lebih variatif,
lebih dekat ke bilangan bulat 1, 2, atau 3.
Teknisnya, sebuah corak batik akan dicarikan rumus
matematikannya. Dari input rumus memungkinkan diperoleh motif batik yang banyak
dan beragam dalam waktu cepat. Dengan merubah sedikit rumus dan sudutnya akan
tercipta lagi motifmotif yang baru, begitu seterusnya. Keuntungan lain
penggunaan metode fraktal adalah terjaganya motif-motif orisinal sebagai basis pengembangan
desain batik tradisional seperti Sidomukti, Parikesit atau Rujak Senthe tetap terjaga.
Tidak hanya itu, hasil pengembangan sekaligus untuk memenuhi selera pasar dan
perkembangan jaman.