Powered By Blogger

Sabtu, 19 Oktober 2013

MOTIF BATIK DENGAN MENGGUNAKAN FRAKTAL

Latar Belakang Teori dan Tujuan Penelitian

          Batik adalah pola rancangan yang tersusun garis-garis yang alami untuk mendapatkan hasil yang indah. Pola batik yng tidak teratur tetapi yang bersifat alami biasa digunakan pada kain. Sedangkan pola batik untuk masinng-masing daerah memiliki ciri dan corak yang berbeda. Contohnya pola batik Solo, Pekalongan, Semarang, Cirebon, Kudus dan sebagainya. Sedangkan metode fraktal merupakan cara alami untuk mempresentasikan bentuk-bentuk objek di alam. Metode fraktal telah banyak digunakan untuk penelitian dalam mendeteksi beberapa ciri.

            Konsep fraktal-jejaknya bisa dirunut hingga Gottfried Wilhelm Leibniz, matematikawan Jerman abad ke-17-berakar pada teori matematika. Fraktal berasal dari kata Latin, fractus, yang berarti pecahan. Pada benda, karakteristik fraktal dicirikan oleh adanya self-similarity. Obyek fraktal tersusun dari komponen lebih kecil yang bentuknya sama dan diulang-ulang.

         Kode fraktal didasari pada karakteristik utama dari fraktal, yaitu memiliki kemiripan dengan diri sendiri. Pengkodean fraktal tidak cocok untuk digunakan citra dengan tingkat kemiripan dirinya sendiri rendah. Citra alami umumnya hampir tidak memiliki tingkat kemiripan dengan diri sendiri secara keseluruhan. Tetapi citra alami memiliki tingkat kemiripan diri sendiri yang bersifat lokal, yaitu bagian-bagian citra yang mirip dengan bagianbagian lainnya. Sehingga langkah penting yang harus dilakukan adalah menemukan kemiripan lokal.

           Tujuan penelitian ini adalah dengan pemilihan pendekatan fraktal dapat dilakukan pemisahan ciri pada pola batik didasari pada pertimbangan bahwa struktur garisgaris pada pola batik bersifat alami dan tidak teratur.

Metode

* Subjek : 200 motif batik dari berbagai daerah di Indonesia (mahasiswa ITB)
* Prosedur penelitian

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode fraktal yaitu sebuah cara mengembangkan desain dengan bantuan piranti lunak yang digunakan untuk memperkaya motif dari corak-corak batik yang sudah ada. Metode ini dilakukan terhadap batik-batik dari berbagai daerah di Indonesia yang akan di uji, sehingga dalam penelitian ini dapat dicapai tujuan yaitu untuk membedakan/memisahkan ciri pada pola batik dan motif batik agar tidak dihadapkan kembali dengan maraknya pemalsuan motif batik. Pengumpulan data pada penelitian tersebut yaitu didatangkannya batik-batik dari berbagai daerah di Indonesia yang akan di analisa pola batik tersebut.

Metode Analisis Data

            Analisis data penelitian dilakukan melalui 4 tahap:

Partitioned Iterated Function System (PIFS)
PIFS dapat digunakan untuk pengkodean sembarang citra, dan tidak hanya terbatas untuk citra fraktal saja. Konsep PIFS adalah membagi (partisi) citra menjadi blok-blok jelajah (range blocks) yang tidak tumpang tindih.

Transformasi Affine

Operator yang memegang peranan penting dalam mencari kemiripan lokal antara blok ranah dengan blok jelajah adalah operator transformasi affine (W). Transformasi affine akan memetakan suatu variabel, seperti nilai intensitas suatu piksel pada lokasi (x,y) kedalam variabel baru (x,y) dengan menerapkan kombinasi linier pergeseran, pemutaran, penskalaan, dan pencondongan, digunakan untuk pergeseran.

Penentuan operator WR

Operator WR merupakan operator alihragam affine untuk memetakan posisi titik pada blok ranah ke blok jelajah, dan bagian intensitas yang akan mengubah intensitas piksel pada posisi titik tersebut.

Pemisahan Ciri

Ada beberapa ciri yang dapat dihasilkan dengan memanfaatkan pengkodean fraktal, diantaranya ciri simetri, kontras, kekasaran, keseragaman dan arah dan dimensi spasial [Putra, 2004].

Hasil dan Pembahasan

        Dari hasil penelitian 200 motif batik dari berbagai daerah di Indonesia (mahasiswa ITB). Fokusnya pada isen, yakni motif kecil-kecil pada batik yang mengisi bentuk lebih besar. Ternyata batik memang fraktal. Pengujian dengan metode Transformasi Fourier menunjukkan dimensi motif batik adalah bilangan pecahan sesuai dengan karakter fraktal. Pada motif-motif batik dari Solo dan Yogyakarta, dimensinya konsisten pada angka 1,5. Batik pesisir, seperti Cirebon dan Pekalongan, dimensinya lebih variatif, lebih dekat ke bilangan bulat 1, 2, atau 3.

       Teknisnya, sebuah corak batik akan dicarikan rumus matematikannya. Dari input rumus memungkinkan diperoleh motif batik yang banyak dan beragam dalam waktu cepat. Dengan merubah sedikit rumus dan sudutnya akan tercipta lagi motifmotif yang baru, begitu seterusnya. Keuntungan lain penggunaan metode fraktal adalah terjaganya motif-motif orisinal sebagai basis pengembangan desain batik tradisional seperti Sidomukti, Parikesit atau Rujak Senthe tetap terjaga. Tidak hanya itu, hasil pengembangan sekaligus untuk memenuhi selera pasar dan perkembangan jaman.